Monday, November 12, 2012

So There's This Boy

Gatau mau mulai dari mana. Gue sebenernya nggak pengen bikin confession menye-menye atau apapun yang memberi kesan aneh ke gue. I simply just wanna tell my sad story here. Please, no judgement. Gue nggak butuh komentar orang, disini gue cuma mau cerita. Kalo kesannya galau banget, bodo amat. Kalo orangnya baca, nggak peduli. I simply don't care. It's just so tiring. Mungkin sebagian temen gue udah tau atau paling tidak pernah menduga. I'll let you guess but I'll never mention anyone's name here. Maaf kalo isinya nggak ada puitisnya sama sekali, karena gue cuma mau cerita, bukan mau bikin prosa atau apa.

Kalo ditanya apa lagu yang paling tepat buat ngegambarin cerita ini, udah pasti Untitled-nya Maliq. Iya, itu emang lagu ter-ngiris-nadi-dan-hati, apalagi buat para gacin di penjuru dunia. Gue akuin gue emang lagi gacin-gacinnya. Being single for almost 2 years is pretty long time. Dan gue bohong kalo nggak pernah ada yang mampir di hati gue, untuk sekedar mengisi beberapa waktu, atau datang-dan-tidak-pernah-sepenuhnya-pergi. Dan malam ini, gue bakal cerita tentang satu orang, satu-satunya orang yang bisa bikin gue seneng seseneng-senengnya maupun galau segalau-galaunya. Satu-satunya yang nggak pernah pergi, padahal dia sendiri nggak pernah minta masuk, gue yang membuka pintu lebar-lebar buat dia.

Padahal waktu pertama kenal, biasa aja. Nggak gimana-gimana. Nggak ada feeling "Ihh kece banget" atau apapun. Datar. Menurut gue juga dia bukan si attractive guy yang bisa bikin semua cewek melting ngeliat dia, atau tipe sporty guy yang bisa bikin cewek-cewek menjerit tiap dia main di class meeting. Bukan, dia biasa aja. Dia unik. Dia nggak biasa. Dia sederhana. Dia :-) *I smile when I wrote this, as simple as that*

Lucu karena semuanya kebetulan. Sekali dianterin dia dan gue ngerasa ada yang beda. Awalnya gue pikir dia cuma sebagai pengalih perhatian karena sebelumnya gue abis bermasalah ama orang lain. Tapi ternyata nggak, semuanya berlanjut. Ralat, hati gue berlanjut. Padahal gue tau dia unavailable. Bukan karena udah punya pacar, tapi ada semacem itulah. Dan bodohnya, I let myself fall too deep, sampe nggak bisa keluar. Keadaan ini yang bikin gue nelangsa sampe setahun. Bahkan gue baru sadar kalo gue nggak pernah deket ama cowo lain sejak gue suka sama dia. Gila gak tuh? Gue lebih setia ama cowok yang bahkan bukan siapa-siapanya gue. Padahal, in my previous relationships, gue masih berani lirik kanan-kiri. Iya gue tau kok gue jahat, mungkin sekarang karma disumpahin ama orang-orang yang pernah gue sakitin. Gue cuma bisa bilang maaf sedalam-dalamnya.

Gue suka dia karena dia selalu bisa bikin gue tenang. Ada sesuatu dalam dirinya yang bikin gue selalu percaya (atau paling tidak mencoba percaya) ama apa yang dia bilang ke gue. Ada sesuatu yang bikin gue nyaman deket dia. Gue suka dia karena dia selalu bisa bikin gue ketawa. Even in my worst days, dari 3 orang yang gue ceritain, dia yang responnya paling cepet dan bisa bikin mood gue balik lagi. Gue suka dia karena dia adalah dia.

Ironis karena gue tau gue nggak bakalan (sampe kapanpun) jadi sama dia. Menyedihkan adalah ketika lo sadar ada orang yang sangat cocok sama lo tapi lo nggak bakal bisa sama dia. I've tried to move on, dan beberapa kali gue (hampir) berhasil. Tapi pada akhirnya akan ada sesuatu yang bikin gue balik ke dia, menarik gue kembali. Gue capek, capek banget. Kaya lari tapi kaki lo dirantai, jadi nggak ada gunanya lo lari karena nggak bakal bisa jauh-jauh. Menyebalkan karena setiap gue kenal ama orang lain, otak dan hati gue langsung ngebandingin orang lain itu sama dia. Dan dia selalu menang. Ngeselin kan?

Tapi sekarang gue udah 18 tahun. I have to totally move on. Karena kasus ini nggak bakal selesai kalo bukan gue yang mengakhiri ini. Karena semuanya ada di otak dan hati gue. Dia nggak ada hubungan apa-apa karena dia nggak pernah minta gue buat tetep tinggal. Jadi memang harus gue yang sadar kalo gue emang gak diharapkan. Gue udah sadar kok, tapi kadang kaki masih terasa berat untuk melangkah pergi. Karena takut kehilangan, takut kehilangan satu corak warna yang sangat menarik dari hidup gue.

Dan mungkin, sekarang memang udah waktunya untuk melepas semua tentang dia :-)